Senin, 10 September 2012

PRIA RANTING

PART I
 
By Rizali Rahman
Judul Pria Ranting terinspirasi dari istilah yang dibuat oleh teman saya, Lazuardi dan Titay.
Mau tahu apa itu pria ranting, silahkan cari jawabannya dengan membaca
.

Betapa ku tak menyangka bahwa pada akhirnya nasibku bakal jadi seperti ini. Hari-hariku di isi dengan  mengingat bait-bait kenanganku dengan seorang wanita. Bukan karena hidupku yang sebelumnya menyenangkankan berubah seketika, bukan karena hilangnya belahan jiwa, bukan karena kesepian ini, dan bukan juga karena apa yang telah kami jalani. Tapi keterpurukkan ku ini karena meratapi malangnya nasibku, ya... nasib menjadi seorang pria yang sering membuatku tertawa, nasib menjadi seorang PRIA RANTING.

Namaku Robi, seorang laki-laki kurus 18 tahunan, berambut lurus yang selalu ku tata rapi agar terlihat matching dengan pakaian seragam putih abu-abu ku yang juga tidak kalah rapinya. Aku tergila-gila dengan band-band indonesia, sampai-sampai lagu-lagu mereka membuat otakku terjangkit penyakit aneh, sebuah penyakit yang membuatku berpikir seperti orang yang sangat dewasa, bahkan jauh lebih dewasa dari umurku yang 18, ketika aku membicarakan masalah CINTA.

Di SMA Negeri 12 Semarang, yang beralamat di jalan Gunungpati adalah sebuah tempat dimana fairy tale ku dengan wanita itu lahir, seorang wanita berkulit putih, tidak cantik tapi manis dan hanya memiliki tinggi seperti gadis-gadis indonesia kebanyakan, namun entah kenapa dia begitu terlihat sempurna dimataku. Wanita itu bernama Ajeng.

Aku masih ingat hari pertama ku bertemu dengan Ajeng. Kami berada pada satu kelompok ketika menjalani Masa Orientasi Siswa di SMA Negeri 12 ini. Awalnya aku tak merasakan perasaan apapun. Ajeng ku perlakukan sama seperti teman-teman baruku yang lainnya. Obrolan kami pun pada saat itu terkesan sangat biasa, tidak ada tanda-tanda bahwa aku menyukainya dan dia menyukaiku, sedikitpun tidak ada sama sekali. Pertemanan kami terus berlanjut hingga MOS pun tanpa disadari diakhiri dengan pengumuman tentang pembagian kelas. Ajeng mendapatkan kelas XB, dan aku duduk dikelas XC, kelas kami tepat bersebelahan.

Karena kelas kami yang bersebelahan, kami lumayan sering bertatap muka. Berbincang-bincang masalah pelajaran, acara-acara yang diadakan sekolah, guru-guru baru kami, dan hal-hal lainnya yang sering dibicarakan oleh dua orang siswa baru yang memiliki status hubungan HANYA TEMAN.

Tanpa terasa, satu tahun berlalu. Karena kerja keras kami masing-masing, aku dan Ajeng berhasil naik satu level dan cerita kami berlanjut di kelas XI. Di next season ini kami semakin jarang bertemu karena kami memilih jurusan yang berbeda. Ajeng memutuskan untuk belajar di jurusan IPS dan aku memilih jurusan Bahasa. Namun jarak itu malah membuat hubungan pertemanan kami semakin jauh lebih akrab dari sebelumnya. Ajeng sering mengirim SMS, namun hampir semuanya mengenai masalah-masalahnya dengan teman atau keluarga. Aku tidak berusaha memberikan solusi jitu untuk masalahnya. Semua yang ku lakukan hanya mendengarkan ceritanya dan menjawab seadanya. Namun entah kenapa, aku merasa dia merasa nyaman dengan ku, karena sekarang aku yang sebelumnya berstatus HANYA TEMAN berubah menjadi TEMPAT CURHAT YANG NYAMAN.

***

Malam itu, aku sedang memainkan gitar tuaku. Suara dari senarnya yang karatan luar biasa itu masih terdengar bagus, mengundangku untuk ikut bernyanyi mengiringi chord G, D, E minor, dan lain-lain, ya ini 'laguku' yang dipopulerkan oleh band Ungu.
Sampai lantunan lagu itu menyentuh bagian reff, tanganku belum mau berhenti memainkan gitar, dan akupun terus bernyanyi...

...
Mungkin hanya lewat lagu ini akan kunyatakan rasa
Cinta ku pada mu, rindu ku pada mu tak bertepi
Mungkin hanya sebuah lagu ini yang slalu akan ku nyanyikan
Sebagai tanda betapa aku inginkan kamu
...

Sesuatu muncul dibenakku dan aku seketika berhenti bernyanyi. Sungguh, aku sungguh tak mengerti kenapa dan mengapa. Lagu yang baru saja kunyanyikan kuniatkan hanya untuk menemani malamku yang terasa sangat membosankan. Namun kenapa sosok itu secara tiba-tiba muncul dikepalaku. Sosok yang begitu ku kenal, seorang wanita biasa yang ku anggap hanya sebagai teman mengapa dalam beberapa detik yang lalu terlihat begitu indah. Jantung ku berdegup kencang, aku merasa ingin pergi menemuinya malam itu juga, namun ku tak tahu alamat rumahnya. Aku tak karuan layaknya seorang siswa yang tidak dapat menjawab satupun soal Ujian Nasional yang dihadapinya. Ya, begitu banyak pertanyaan dikepala ku, namun ku tak tahu jawabannya, jawaban untuk pertanyaan, KENAPA DAN MENGAPA AKU MEMIKIRKAN AJENG?

Aku tak mengerti, apakah perasaan itu memang datang tiba-tiba atau sudah mulai tumbuh sejak awal aku bertemu dengannya, dan sekarang baru terasa klimaksnya. Sekarang aku betul-betul merasakan sesuatu yang beda, wajah Ajeng terus ada dikepalaku yang membuatku ingin berteriak. Ini terasa indah namun sedikit tidak nyaman, karena aku betul-betul ingin melihat wajahnya dan mendengarkan kalimat apapun yang keluar dari mulutnya.

Di tengah "kegilaan indah" ku, suara ringtone HP ku menginterupsi tanpa sengaja. Sebuah pesan masuk dan itu dari Ajeng. Hey! bibirku saling tarik menarik, dan aku sadar mereka sedang membuatku  tersenyum senang. Perasaan yang sempat mengacaukan ku tadi seketika hilang, dan itu kusimpulkan dengan satu kalimat sederhana, I MISS HER.

Ku baca pesan yang muncul dari layar telpon genggamku.

+   ROB, AKU SEDANG SUKA DENGAN SESEORANG

Sebenarnya aku bingung pada awalnya. Siapa seseorang yang membuat Ajeng suka, sampai-sampai masuk ke dalam daftar curhatannya. Tapi entah kenapa aku begitu yakin kalau seseorang itu adalah aku. Ajeng orangnya memang seperti itu, sangat terbuka dengan perasaannya. Jadi menurutku wajar apabila pesan itu menjadi media pendekatannya untuk memberi tahukan kalau orang yang membuat dia suka itu adalah aku. Sebelum membalas pesan itu aku berkhayal kalau percakapan kami bakal menarik. Aku begitu bersemangat untuk membalas pesan itu.

-    SUKA? SAMA SIAPA, JENG?
+  SAMA TEMANKU PASTINYA, HE HE

Tidak salah lagi! sebagai teman, aku juga cukup dekat dengannya. Aku sudah menjadi pendengar yang baik. Kemungkinan orang itu adalah aku menjadi lebih besar, sekitar dari 50 % menjadi 60 %. Pada intinya, sekarang aku merasa SANGAT GR.

-    WAH AKU PENASARAN JADINYA NIH???
+   ADA DEH, TP KAYA' NYA DIA GA' SDAR KLO AKU SUKA SAMA DIA ,HUFT...
-    HEY, LAKI-LAKI KAN BEDA SAMA PEREMPUAN, PERASAANNYA GA' PEKA, JD WJAR KLO GA' SADAR
+   LALU GIMANA?
-    YA, KASIH SINYAL DONG, SUDAH BELUM?
+   BLUM SICH, KAN KLO ORANG SUKA TU JADI MALU KLO DEKET, APALGI NGOMONG LANGSUNG
-    JANGAN NGOMONG LANGSUNG, KASIH SINYAL AJA
+   IYA TAPI TAKUT, TAKUT SALTING HEHE
-    KAN BISA LEWAT SMS, ATAU FB SUPAYA NGASIH SINYALNYA LEBIH MUDAH, GA HARUS LEWAT TATAP MUKA
+  OH GITU YA.. IYA DEH NANTI DICOBA
-   KLO DI DIEMIN AJA DIANYA GA' BAKAL TAHU LHO HE HE
+  BETUL JUGA, TAPI MASA' CEWE DULUAN?
-   YANG SUKA SIAPA DULUAN SIAPA HAYO? CWE' CWO KAN SAMA AJA
+  OKE DEH NANTI DICOBA USAHANYA HEHE
-   TAPI EMANG CWONYA SIAPA???
+  ADA DEH, KAMU PASTI KENAL KOK HE HE
-   HAHA GITU YA, JADI PENASARAN HE HE

Ku tunggu-tunggu, memang tak ada balasan lagi. Percakapan kami diakhiri dengan rasa penasaran yang muncul dikepalaku. Apa mungkin itu adalah aku? atau orang lain? tapi aku terus tersenyum di luar kendali, apa maksudnya? apa ini pertanda Tuhan kalau itu aku. Aku hanya bisa berkata, "Whatever lah", sekarang yang harus ku lakukan adalah tidur dan temukan jawabannya besok setelah aku terbangun lagi. Tapi sebelum tidur hatiku terus berkata, itu pasti AKU.

***

Seperti biasa, pukul setengah dua siang hari-hari melelahkan disekolah berakhir dan waktunya buat going home pun tiba.
Kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan, menoleh kesana -kemari, berputar-putar persis seperti leher seekor burung hantu. Ya, aku memang berusaha mancari-cari Ajeng ditengah kerumunan siswa yang keluar berbarengan dari pintu gerbang.

Sekitar lima belas menit aku menjadi burung hantu, akhirnya ku temukan Ajeng sedang berdiri di samping mushola yang letaknya berseberangan dengan sekolah ku. Segera ku kesana, ku hampiri paling tidak aku dapat bertegur sapa dengannya untuk hari ini.

" Hai, Jeng", sapa ku.

" Hai, apa kabar?"

"Baik, kamu?"

"Baik juga"

Senyum Ajeng mengembang, dan itu terlihat jauh lebih manis dari sebelumnya. Aku tidak ingin melewatkan senyuman itu, dan segera ku lanjutkan pembicaraan.

"Kamu lagi ngapain disini, Jeng?"

"Lagi nunggu jemputan aja"

Rasa penasaran ku tentang laki-laki yang dimaksud Ajeng malam tadi tak terbendung lagi. Tanpa sadar percakapan kami berlanjut dengan sebuah pertanyaan dari mulutku,

"ooh... eh by the way, yang malam tadi itu siapa?"

"Yang mana sih", sahut Ajeng malu-malu.

"Itu lho, laki-laki yang kamu suka he he he"

" Wah kamu pengen tahu banget", Ajeng menjawab seraya tersenyum kembali

" Haha iya dong, bakal ku cari tahu sampai dapat hahaha"

Ajeng hanya menanggapi kata-kata ku dengan ketawa kecilnya. tapi tawanya itu malah membuatku begitu tak dapat mengontrol diriku. Aku begitu menyukai senyumnya, tawanya, hingga sampai ke dagu, bibir, hidung, pipi, mata, dahi, rambut, semuanya, ya semuanya. Aku tak bisa mengontrol diriku labih lama lagi, mungkin wajahku mulai memerah dan aku mulai tak tahu bagaimana melanjutkan percakapan kami. Akhirnya kuputuskan menghentikan percakapan dengan berpamitan dengan Ajeng. Ku sadar akan terjadi hal memalukan apabila obrolanku diteruskan lebih jauh lagi. Itu jelas, karena ku dapati diriku sedang SALAH TINGKAH.

Dari pertanyaan tadi, nampaknya pertanyaan ku belum terjawab sepenuhnya. Namun GR ku semakin MERAJALELA.

masih belum nemu apa itu pria ranting?, tunggu lanjutannya!!! haha :D
Capek nulis, bersambung dulu ya hehehe..
.
.



2 komentar: